Salam Pramuka,
JEPARA – Di balik dinding tebal dan pintu besi Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIB Jepara, lima warga binaan pemasyarakatan (WBP) menapaki jalan yang tak biasa. Bukan ke ruang sidang, bukan ke sel isolasi. Mereka melangkah ke lapangan kecil di halaman rutan, berseragam pramuka, tersenyum gugup — memulai sesuatu yang mungkin tak pernah mereka bayangkan, pembekalan dasar kepramukaan.
Jumat (11/7/2025) siang itu, pukul 13.45 WIB, suasana di Rutan terasa berbeda. Para warga binaan tampak antusias menyambut para pelatih dari Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Jepara. Kegiatan ini bukan hanya rutinitas pembinaan, tapi awal dari sebuah perjalanan menuju Perkemahan Satya Dharma Bhakti Pemasyarakatan di Pulau Nusakambangan.

Simbol Perubahan, Bukan Sekadar Latihan
Latihan yang diberikan mencakup berbagai materi dasar kepramukaan. Mulai dari baris-berbaris, yel-yel penuh semangat, pionering, hingga Simapore Dance — tarian pramuka yang menggambarkan semangat kerja sama dan kedisiplinan. Tapi jauh lebih dalam dari itu, kegiatan ini menyentuh sisi batin para peserta.
“Ini bukan sekadar persiapan fisik. Ini adalah pembekalan karakter. Kami ingin para WBP menyadari bahwa mereka masih punya potensi, masih bisa kembali sebagai bagian yang positif dari masyarakat,” ungkap Kepala Subseksi Pelayanan Tahanan Rutan Jepara, mewakili Kepala Rutan.

Kepercayaan Diri yang Kembali Tumbuh
Salah satu WBP mengaku terharu bisa ikut serta. “Sudah lama saya enggak merasa begini. Dulu malu, minder. Tapi sekarang, rasanya seperti ada harapan. Seperti kembali dipercaya,” ujarnya pelan, menatap jauh setelah latihan baris-berbaris.
Pelatihan ini berlangsung selama tiga hari. Diikuti secara penuh oleh lima WBP terpilih, kegiatan menjadi bentuk nyata kolaborasi antara Rutan Jepara dan Gerakan Pramuka dalam membina dengan pendekatan humanis dan progresif.
Dari Rutan Menuju Pulau Harapan
Perkemahan Nusakambangan bukan sekadar acara. Di dalamnya, para warga binaan dari seluruh Indonesia bertemu, berbagi, dan saling menyemangati untuk kembali ke jalan yang benar. Di sanalah, nilai-nilai Satya dan Darma dalam kepramukaan dihidupkan kembali — bukan lewat teori, tapi melalui pengalaman langsung.
Hari pertama pembekalan ditutup dengan semangat yang menyala. Tawa, sorak yel-yel, dan tatapan penuh harap menjadi bukti: bahwa di balik jeruji, manusia masih bisa tumbuh. Masih bisa berubah. Masih bisa punya mimpi.
“Semua orang layak mendapat kesempatan kedua. Dan dari sinilah, harapan itu dimulai.”